[KLATEN] Keberadaan anak punk di beberapa perempatan sepanjang Jalan Solo-Jogja di wilayah Klaten sudah sangat meresahkan pengguna jalan. Terkadang mereka nekat menggedor pintu mobil meminta upah ngamen.
“Kami menjaring razia anak punk atas dasar laporan masyarakat yang resah dengan ulah mereka,” ujar Kepala Satpol PP Klaten, Widya Sutrisna.
Menurut Widya, alasan anak punk mencari sesuap nasi dengan mengamen di jalan raya, tidak selamanya benar. Pasalnya, ia kerap mendapati anak punk diduga sedang mabuk. “Dalam suatu razia anak punk, kami pernah mendapati mereka sedang pesta minuman keras (Miras). Ini jelas larangan hukum maupun agama".
Terkait hal itu, tim teknis Kabupaten Layak Anak (KLA) Klaten, mencoba melakukan pendekatan dengan mengubah pola pikir, bahwa mencari uang tidak harus mengamen di jalanan. Menurut Ketua tim teknis KLA Klaten, Sri Widodo, para orangtua, juga kerap merasa resah jika salah satu anggota keluarganya bergabung dalam komunitas anak punk.
“Kami akan mengajak mereka untuk kembali ke rumah masing-masing dan menjalani kehidupan seperti biasanya,” terangnya. Ditanya mengenai tempat tinggal anak punk atau sekeman yang mendapat image jelek dari masyarakat, tim teknis KLA berusaha membuat rumah singgah tertentu. “Kami tidak akan memaksa mereka. Yang penting kami harus lebih dulu tahu kebutuhan anak punk,” paparnya.
Sri Widodo sendiri mengaku prihatin dengan anak punk yang kebanyakan anak-anak putus sekolah yang didominasi remaja. Padahal remaja merupakan usia produktif untuk mengembangkan kreativitas. “Bukan malah bergabung dengan anak punk,” paparnya.
Menurutnya, anak punk seolah menjadi komunitas yang terisolasi dari kehidupan anak pada umumnya, padahal setiap anak berhak mendapatkan pendidikan, kesehatan dan perlindungan. n William Adiputra JT..
sunber: Harian Joglo Semar
0 balasan:
Posting Komentar